MENDADAK DANGDUT

Mendadak Dangdut
Oleh: Ida Luthfi
Setiap perjalanan punya cerita. Tapi bagiku, setiap perjalanan juga punya irama.
Aku ini tour leader. Bukan dari perusahaan besar, bukan pula yang langganan ke luar negeri. Tapi aku punya biro perjalanan kecil yang kuberi nama sendiri: Biro Perkoncoan. Kenapa perkoncoan? Karena peserta perjalanannya ya… teman. Teman sekolah, teman kerja, teman adik, bahkan temannya teman yang entah kenapa bisa tiba-tiba jadi dekat. Di antara kami, tak ada jarak—hanya nostalgia dan gelak tawa.
Sebagai pemilik sekaligus pengiring perjalanan, aku tak sekadar mengantar orang ke tempat wisata. Tugasku adalah meramu kebahagiaan. Menyusun itinerary, menghitung waktu tempuh, memilih rumah makan, hingga menyiapkan kejutan kecil agar wajah-wajah lelah itu bisa tersenyum saat pulang.
Aku belajar satu hal:
Wisata bukan cuma soal tempat, tapi tentang suasana.
Dan suasana itu… seringnya ditentukan oleh musik.
Kami biasa menyajikan hiburan di sela-sela makan siang atau malam. Mulanya hanya alunan lembut lagu barat—suara piano yang mengalun pelan di antara sendok dan garpu. Tapi aku tahu, itu hanya pembuka. Wajah-wajah tamu masih canggung. Ada yang duduk memeluk tas, ada yang sibuk main HP, ada yang hanya diam—menyimak, tapi tak benar-benar hadir.
Lalu lagu berganti.
Musik pop Indonesia mulai menggoda. Beberapa senyum perlahan muncul, ada yang ikut bersenandung kecil. Tapi semuanya masih setengah hati. Masih ada jaim, masih ada sekat.
Dan lalu…
Satu lagu dangdut diputar.
Tiba-tiba, tanpa komando, kursi-kursi kosong. Peserta bangkit. Ada yang menggoyang bahu, ada yang melingkar dan berjoged pelan. Tangan-tangan mulai terangkat ke udara. Gelak tawa pecah di ujung meja. Bahkan yang tadi duduk kaku kini mulai bergoyang di tempat, malu-malu tapi ingin ikut.
Dangdut menyatukan.
Tak peduli latar belakang, usia, atau jabatan. Tak peduli apakah mereka mengenal satu sama lain sebelumnya. Begitu irama koplo bergema, semua lebur dalam satu irama.
Tak ada lagi tour leader dan peserta. Tak ada lagi teman lama atau baru kenal kemarin.
Semua menjadi kawan goyang.
Di situlah aku sadar…
Dangdut bukan sekadar genre musik. Ia adalah bahasa hati rakyat.
Ia membebaskan. Ia memulihkan.
Ia menyingkirkan beban dari pundak orang-orang yang sehari-harinya sibuk menanggung hidup.
Ia membuat semua orang—bahkan yang biasanya serius, kaku, atau diam—mendadak hidup.
Mendadak dangdut.
Dan mendadak....BAHAGIA
What's Your Reaction?






