CIKAL BAKAL MATARAM
Kasultanan Demak, Pajang, Mataram, Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta adalah serentetan rezim, dan Brawijaya V adalah nenek moyangnya.

CIKAL BAKAL MATARAM
Oleh: Mbah Atmo Kulonkali
Ki Ageng Pengging menghela nafas dalam-dalam. Berjalan mondar mandir di teras samping rumah besarnya. Langkahnya terhenti di pagar teras, tatapan matanya jauh entah menerobos sejauh mana. Hamparan luas persawahan yang subur tidak menghentikan terobosan matanya. Agak lama tatapan kosong itu sebelum Ki Ageng berbalik badan menuju lincak. Duduk. Ki Ageng menghela nafas lagi, kali ini helaannya tidak sepanjang sebelumnya. Teh Poci gula batu di meja kecil tidak disentuhnya semenjak pagi. Gelisah.
"Aku tidaklah berhadapan dengan Sultan Demak, aku berhadapan dengan prinsipku sendiri" gumamnya.
Ki Ageng Pengging selama ini memang tak pernah menghadap Sultan Demak dan itu kesalahan kasat mata. Namun lebih dari itu ada masalah lebih pelik yang justru tidak nampak di permukaan. Masalah keyakinan. Ki Ageng Pengging adalah murid kinasih Syeh Siti Jenar yang dianggap mengajarkan aliran sesat. Raden Patah, Sultan Demak yang didukung oleh para kanjeng sunan pemegang kekuasaan. Sementara ini penguasa adalah kiblat segala kebenaran.
Utusan Demak pun bertandang ke Pengging dengan membawa pesan. Entah apa yang terjadi, sepeninggal utusan dari Demak Ki Ageng Pengging meninggal dunia. Tewaskah dia? Tidak ada yang tahu secara pasti. Hal ini menimbulkan spekukasi isu nasional Kasultanan. Kabar yang beredar bahwa Ki Ageng menyerahkan nyawanya, rela dibunuh dengan menunjukkan kelemahannya sendiri. Sesungguhnya dengan kesaktian yang dimiliki Ki Ageng Pengging sulit untuk dibunuh dengan cara biasa. Namun ada yang mengabarkan bahwa Ki Ageng bunuh diri..! Yang jelas bahwa persetruan ini tanpa adanya pertumpahan darah antar keluarga. Mengingat Demak dan Pengging adalah keluarga besar Brawijaya penguasa akhir masa kejayaan Majapahit.
Perjalanan waktu pun tidak bisa dibendung, di kemudian hari Demak meredup. Muncul penguasa baru, Pajang namanya. Semakin pudar Demak lalu hilang tertutup kejayaan Mas Karebet alias Joko Tingkir sang pendiri dan penguasa Pajang. Siapakah Mas Karebet? Ialah anak kandung Ki Ageng Pengging..!!! Mas Karebet berjuluk Joko Tingkir sebab dia dibesarkan oleh Nyi Ageng Tingkir setelah Ki Ageng Pengging meninggal. Joko Tingkir memiliki bakat sejak kecil, ditambah dengan gemblengan Nyi Ageng Tingkir semakin membantuk karakter pemuda Tingkir itu menjadi pemuda linuwih tanpa tanding. Namun uniknya untuk membesarkan dirinya dan menenggelamkan Demak tidak secara frontal menjadi oposisi. Bahkan dia mengabdi kepada Sultan Demak melalui cara dan intrik yang tak terduga sebelumnya. Ketika Sultan Demak melakukan perkemahan adalah kerbao besar yang mengamuk. Kerbau itu sangat kuat dan memporak porandakan perkemahan sehingga sang Sultan pun bertitah.
"Siapapun yang mampu mengalahkan kerbau itu akan mendapatkan hadiah yang tak terkira nilainya"
Joko Tingkir maju menghadapi kerbau yang mengamuk tidak dengan kesaktiannya, sebab dialah yang membuat kerbau itu mengamuk dengan cara menyumpal telinga kerbau itu dengan tanah. Tanah dicabut dan kerbaupun berhenti mengamuk. Tentu semua dilakukan tanpa sepengetahuan siapapun..!!!
Semenjak itu Joko Tingkir semakin moncer namanya dilingkungan Kasultanan Demak. Dari situ kemudian Joko Tingkir menyusun kekuatan yang kemudian hari menjadi Karajaan Pajang yang kemudian bermetamorfose menjadi Mataram.
.
Penguasa silih berganti dengan cara dan intrik masing masing, standar kebenaran pun demikian. Tapi disisi lain adalah kebenaran hakiki yang tidak tergantung pada standar kekuasaan.
.
"Camkan itu...!!!" Kata Mbah Atmo mengakhiri cerita.(mo)
What's Your Reaction?






