NGGRUNDEL
NGGRUNDEL

NGGRUNDEL
Nggrundel atau nggedumel atau menggerutu sebagai perbuatan yang berkonotasi negatif. Karena nggrundel itu bicara secara tidak jelas, mengeluarkan suara namun kadang yang mendengarkan dengan jelas hanya dirinya sendiri. Orang lain mendengar suara namun tidak mendengar dengan jelas artikulasinya. Nggrundel bukan mengeluh. Mengeluh adalah meratapi kondisi negatif yang dialami. Nggrundel juga bukan nglokro atau putus asa. Nglokro adalah merasa diri tanpa harapan. Beda lagi dengan provokasi, sebab provokasi bertujuan untuk mempengaruhi orang lain. Sedangkan nggrundel adalah berargumentasi sebagai bentuk perlawanan.
Sehingga nggrundelpun ada juga yang artikulasinya jelas bahkan dengan kalimat yang terstruktur, alur pemikirannya tertata serta argumentasinya masuk akal. Lalu nggedumel yang demikian mengapa disebut nggrundel juga? Sebab masalah yang digrundelkan tidak ada kaitannya dengan pihak yang digrundeli, bahkan tidak perlu pihak lain untuk aksi grundelannya. Grundelan itu ungkapan atas ketidaksetujuan terhadap sebuah permasalahan.
Mengapa nggrundel bisa terjadi? Di dunia penggrundelan biasanya adanya sub ordinasi, misalnya adanya posisi antara atasan dan bawahan, antara penguasa dan rakyat jelata. Pihak yang lemah akan nggrundel jika tidak setuju serta tidak berani mengkomunikasikan ketidaksetujuannya kepada pihak yang kuat. Namun yang justru yang sering terabaikan adalah tidak adanya kesempatan yang diberikan oleh yang kuat untuk mengkomunikasikan dengan jaminan rasa aman, nyaman dan penuh perlindungan bagi si lemah ketika menyampaikan ketidaksetujuannya. Namun bukan jaminan normatif berupa aturan dan kata-kata belaka.
Nggrundel bisa menjadi ancaman yang serius pada momentum yang tepat.
What's Your Reaction?






