PROBLEMATIKA SOSIOLOGIS BERKEYAKINAN
Opini dalam rangka merespons masalah perbedaan keyakinan berupa konflik, pencampuradukan, penyesatan dan pelecehan antar keyakinan.

PROBLEMATIKA SOSIOLOGIS BERKEYAKINAN
Oleh: Satriyatmo
Setiap individu pasti memiliki keyakinan, yaitu sesuatu yang dipercayai kepastian kebenarannya tentang nilai-nilai dan prinsip. Hanya saja tidak setiap orang dapat mengidentifikasikan melalui rumusan dalam bentuk bahasa verbal maupun tulisan. Namun individu lain justru kadang bisa mengidentifikasikan keyakinan seseorang melalui perilaku yang dibawakannnya di dalam berinteraksi sosial. Meskipun terkadang salah sangka sering terjadi di dalam memahami keyakinan orang lain. Dari situ konflik antar individu dan antar entitas sering mewarnai dalam interaksi kehidupan sosial. Apa saja problematika sosiologis berkeyakinan?
- Toleransi.
Prinsip toleransi adalah memberikan ruang gerak bagi orang lain untuk mengespresikan keyakinannya. Permasalahan toleransi sering terjadi karena tidak adanya penghormatan kepada orang lain dalam hal berkeyakinan. Perbendaan keyakinan adalah sebuah kewajaran, yang tidak wajar adalah ketika keyakinan dirinya dipaksakan menjadi keyakinan orang lain. Perbedaan keyakinan boleh diidentifikasikan namun tidak perlu dibandingkan untuk menyerang idividu yang memiliki keyakinan berbeda. Boleh didiskusikan, namun tidak perlu memaksakan mencapai kesimpulan yang sama. Perbedaan keyakinan tetaplah menjadi perbedaan karena memang tidak bisa disamakan. Prinsip utamanya dalam hal ini adalah implementasi keyakinan seseorang tidak boleh melanggar hak keyakinan orang lain. Pun begitu boleh diidentifikasikan pula kesamaan antar keyakinan. Bukankah nilai dan prinsip keyakinan semuanya bertujuan baik bagi yang meyakini? Namun dalam hal ini perlu kehati-hatian dalam mengimplementasikan, sebab bisa berakibat pada sinkritisme. Sinkritisme adalah penggabungan dua atau lebih keyakinan. Meskipun sinkritisme dapat mendorong toleransi namun bisa jadi sinkritisme justru menimbulkan konflik antar kelompok yang berkeyakinan sama namun memiliki pandangan yang berbeda. Selain itu sinkritisme bisa jadi menghilangkan identitas sebuah keyakinan. Sebab setiap keyakinan biasanya memiliki tata cara yang berbeda didalam mengimplementasikan keyakinannya. Sinkritisme juga menyebabkan timbulnya pendapat bahwa semua keyakinan itu sama, padahal pada kenyataannya setiap keyakinan itu berbeda-beda. Dan sinkritisme bisa memetamorfose antar keyakinan yang terpadu menjadikan keyakinan yang baru melalui penggabungan tata cara, pencampuran konsep atau terjadinya sisntesa keyakinan. - Offside.
Offside adalah istilah dalam sepak bola. Pemain lawan tidak boleh menerima bola saat berada dibelakang pemain pertahanan paling belakang. Dalam hal berkeyakinan seseorang tidak boleh menendang bola yang tidak mengerti aturan main bersepakbola. Jika tetap nekat menedang bola maka bagaikan memahami pemikiran orang lain dengan standar pemikiran diri sendiri. Hal ini biasa dengan ungkapan mengukur baju orang lain dengan badan sendiri, bisa kesempitan atau bahkan kelonggaran. Tidak tepat. Cobalah masuk ke dalam alam pikiran orang lain, cara orang lain berlogika. Hanya dengan cara itu dapat dipahami bahwa orang lain berkayakinan terhadap nilai dan prinsipnya. Dalam konteks memahami keyakinan orang lain ini bertujuan agar kita tidak menilai, membandingkan atau bahkan memprotes keyakinan orang lain sehingga berpotensi terjadinya konflik. Bagi diri kita keyakinan kita, bagi orang lain biarlah menjadi keyakinan mereka. Tidaklah patut menilai, membandingan dan mengkritik keyakinan yang berbeda. Jika pun tata cara berkeyakinan seseorang melanggar hak berkeyakinan kita hal itu dapat dikompromikan dengan cara dibicarakan secara terbuka dan saling memahami. Pahamilah cara orang lain berlogika di dalam meyakini keyakinannya. - Cara pandang.
Berkeyakinan yang berbeda menimbukan cara padang yang berbeda pula. Bahkan pada pengenut keyakinan yang sama sekalipun terkadang terdapat pendangan yang berbeda. Dengan cara pandang yang berbeda ini kadangkala menimbulkan konflik antar penganut keyakinan yang sama. Sebuah keyakinan memegang nilai dan prinsip. Jika nilai dan prinsip berubah oleh karena cara pandang penganut keyakinan yang berbeda maka akan munimbulkan keyakinan yang baru. Kadangkala si penganut keyakinan yang baru tersebut enggan mengakui bahwa keyakinannya itu keyakinan baru. Sehingga masih menempel nama pada keyakinan yang lama. Disinilah terjadinya konflik antara penanganut keyakinan yang lama dengan para penganut keyakinan yang baru tersebut jika tidak ada yang mau mengalah. Namun kemungkinan lainnya adalah benar-benar terciptanya keyakinan baru.
Pada akhirnya apapun yang kita yakini tidak sepatutnya untuk dijadikan konflik. Perbedaan keyakinan dan cara pandang adalah sifat dasar manusai sejak diciptakan. Interaksi sosial selali dibarengi dengan interaksi keyakinan, maka berpegang pada keyakinan adalah hal yang wajar namun memberikan ruang gerak kepada keyakinan orang lain harus tetap dijaga.(mo)
What's Your Reaction?






