EPISTEMOPHOBIA
Antasena, Wisanggeni, dan Baladewa didiskualifikasi dari Perang Bharatayudha, bukan kerana kesalahan, namun mereka terlalu sakti, jika ikut Bharatayudha maka perang tidak akan seru lagi.

Epistemophobia
Mbah Atmo Kulonkali
Ketika Bima membuat sungai yang dimulai dari dataran tinggi Dieng dan berujung di laut kidul sebagai muaranya, ketemulah dia dengan Dewi Urangayu. " Sira ayu" begitu kata Bima, maka dari itu sungai yang baru selesai dibuat itu dinamai Serayu, dan mata airnya disebut Bima lukar, sebab Bima ketika akan membuat sungai melakukan lukar busana (berganti baju) dari baju Ksatria berganti baju pekerja.
Singkat cerita Bima dengan Dewi Urangayu menikah dan dikaruniai seorang anak yang diberi nama Antasena. Anak ini sungguh sangat sakti mandraguna tanpa tanding. Bahkan ketika usianya belum genap satu hari harus maju perang menghadapi Prabu Dewa Kintaka yang ngamuk karena tujuan menikahi Betari Kamaratih gagal. Antasena itu pemberani, lugu, jujur tanpa tedeng aling-aling, maka diapun pernah perang tanding malawan Bima yang merupakan ayah kandungnya sendiri, Arjuna yang adalah mertuanya, Baladewa tak lain adalah kakeknya, Prabu Salya yang merupakan pamannya, dan pernah juga melawan Kresna yang merupakan penasehat Pandawa.
Bagi masyarakat wayang, tentu sederet nama-nama yang pernah dilawan oleh Antasena tersebut bukanlah wayang sembarangan, mereka semua wayang senior yang memiliki karisma dan wibawa berkat kesaktiannya. Tapi bagi Antasena mereka hanyalah sederat wayang tua yang dilindungi sebagai cagar budaya semata, aji- ajinyapun semacam benda rongsok tak berguna, para wayang itu hanya patut dihormati karena ketuaannya saja.
Saking saktinya maka tidak ada satu wayangpun yang bisa menggak Antasena. Maka dari itu oleh Sang Hyang Wenang, Antasena didiskualifikasi tidak boleh ikut perang Bharatayudha. Sama nasibnya seperti Wisanggeni yang juga didiskualifikasi dari perang Bharatayudha karena saking saktinya. Satu lagi yang tidak ikut dalam perang Bharatayuda, yaitu Baladewa. Jika mereka bertiga, Antasena, Wisanggeni dan Baladewa ikut perang Bharatayudha maka peperangan tidak seru dan tidak menarik lagi, kecuali bagi dalang yang ora kurang crita.
Jadi jika ada pihak yang tidak diikutsertakan dalam suatu perhelatan itu kadang bukan karena tidak mampu, tapi justru kadang karena pihak itu dianggap melebihi kemampuan yang seharusnya dibutuhkan.
What's Your Reaction?






