HAMPIR LUPA. 8 SEPTEMBER HARI LITERASI

Hari Senin, 8 September adalah hari literasi internasional dan juga nasional. Banyak yang lupa atau tidak tahu atau tidak peduli, karena literasi kita memang rendah.

HAMPIR LUPA. 8 SEPTEMBER HARI LITERASI

HAMPIR LUPA, 8 SEPTEMBER HARI LITERASI
Oleh: Satriyatmo

Indonesia Menggugat, Proklamasi Indonesia, Sarinah, Membangun Kembali Dunia (To Build the World Anew), Imperialisme, adalah sederet judul buku karya Ir. Soekarno Sang Proklamator. Pun  ketika bicara Bung Hatta maka kita bicara tentang koleksi bukunya yang bahkan mengalahkan koleksi buku perpustakaan nasional (https://voi.id/memori/168449). Ide perjuangan kemerdekaan tentu saja berkaitan erat dengan pokok-pokok pikiran dari buku yang mereka baca.  Kemudian ide-ide dalam serangkaian konsep mereka tuangkan dalam buku sebagai karya. Bapak bangsa kita adalah insan pembaca dan penulis yang baik. Setelah 80 tahun merdeka  literasi bangsa kita masih relatif rendah. Demikian pula tingkat pemahaman terhadap tulisan juga sangat memprihatinkan, sebanyak 75 % anak usia 15 tahun memiliki kemampuan membaca tetapi tak memahami apa yang mereka baca (https://www.tempo.co/politik/menteri-abdul-mu-ti-75-persen-anak-indonesia-bisa-baca-tapi-tak-paham-yang-dibaca-1284724).
Disisi lain, beberapa waktu yang lalu ketika terjadi demonstrasi diwarnai dengan penjarahan di beberapa rumah pejabat. Dari video penjarahan tidak ada satupun yang menayangkan koleksi buku di rumah pejabat tersebut. Kertiadaan buku di rumah pejabat yang dijarah diungkap oleh beberapa akun media sosial. Menarik, jika memang benar bahwa tidak ada buku di rumah pejabat tersebut, mungkin pejabat kita memang tidak suka membaca buku. Bahkan buku komik Sincan sekalipun. Negara ini dibentuk dan diperjuangkan oleh bapak bangsa yang gemar membaca, tapi kemudian setelah merdeka diteruskan oleh generasi yang tidak gemar membaca.
Jika kita melihat negara-negara dengan tingkat literasi yang tinggi maka satu irisan yang dilakukan yaitu memperbesar akses terhadap buku. Finlandia memiliki 738 perpustakaan plus 140 perpustakaan keliling untuk melayani kurang lebih 5,5 juta jiwa rakyatnya. Islandia memberikan subsidi kepada industri penerbitan sebesar 25% untuk proses produksi sehingga harga buku semakin murah. Di Islandia, buku tidak saja tersedia di toko buku dan perpustakaan, namun supermarket yang menyediakan kebutuhan dapur pun menyediakan buku. Di Denmark terdapat budaya hygge, yaitu masyarakat menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah baik membaca, mengobrol, maupun menonton film bersama. Di Swedia terdapat program pemerintah yang memberikan hadiah buku kepada keluarga yang baru memiliki bayi.  Di Belanda bahkan memberikan kartu perpustakaan kepada bayi sejak berumur 4 bulan, selain  itu di Belanda terdapat program membaca bagi siswa setiap hari sebelum pelajaran dimulai. (https://penerbitdeepublish.com/negara-dengan-literasi-tertinggi/)
Praktek baik dari beberapa negara dengan literasi tinggi tersebut sangat memungkinkan dapat diterapkan di Indonesia. Atau menghidupkan kembali program yang pernah diterapkan dan relevan, misalnya program pemerintah berupa pembudayaan "Senja Keluarga" yang sempat diterapkan di Kabupaten Wonosobo dengan aktifitas serupa dengan budaya hygge di Denmark. Atau pembuatan media tulis pada setiap entitas yang menerbitkan karya tulisan dari anggota entitasnya. Dan alangkah menakjubkannya jika dimulai dari entitas pemerintahan yang memuat karya tulisan dari para pejabatnya.

What's Your Reaction?

like
1
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0