MENGAIS PIKIRAN DILUAR JANGKAUAN AI

AI adalah mesin yang memiliki keterbatasan tentang rasa. Sehingga ada perbedaan antara naskah karya AI dengan karya manusia. AI dapat digunakan untuk mencari pengetahuan pendukung dalam penulisan naskah secara lebih cepat. Penggunaan AI untuk penulisan naskah menjadi sebuah karya yang utuh tentu tidak disarankan, kecuali bagi yang telah kehilangan kreatifitas

MENGAIS PIKIRAN DILUAR JANGKAUAN AI

MENGAIS PIKIRAN DILUAR KEMAMPUAN AI

Oleh: Satriyatmo


Kehidupan sudah dimudahkan oleh tehnologi bukan saja pada sarana dan prasarana fisik saja bahkan dalam hal pemikiran, salah satu adalah Artificial Intelligence (AI). Kecerdasan buatan ini sering dimanfaatkan untuk karya penulisan seperti naskah pidato, artikel, opini maupun seni sastra. Namun terdapat hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh kecerdasan AI, misalnya isu-isu lokal, pengalaman pribadi seseorang, istilah dalam bahasa lokal dan lain sebagianya. Misalnya saja ketika menggunakan AI untuk membuat naskah pidato bertema persampahan maka yang muncul isu-isu penanganan sampah secara umum dan sering muncul di media online. Sekalipun AI sudah kita beri kata kunci sebuah Kabupaten Wonosobo misalnya. Dan ketika kata kunci diganti menjadi Kota Malang, maka naskah akan berganti kalimat namun pokok pikiran isunya masih tetap sama. Apalagi ketika kita beri kata kunci sebuah kelurahan yang tidak pernah muncul di media online. Hal lain lagi ketika AI diberikan perintah untuk menulis artikel tentang "Pek Bung" misalnya. Maka yang akan muncul Pek Bung adalah sebuah sapaan keakraban. Jika kita tambah kata kunci "Musik Pek Bung" maka AI akan merespon bahwa Pek Bung adalah musik tradisional disebuah tempat digunakan saat upacara adat dan menggunakan alat musik salah satunya kendang. Padahal Pek Bung yang dimaksud bukan seperti yang diidentifikasikan oleh AI. 
Tehnologi AI memang kecerdasan buatan yang sangat canggih, pun demikian masih terdapat "pikiran" yang tidak dapat dijangkaunya. AI kesulitan menjangkau istilah lokal seperti istilah yang tidak pernah ada data teks yang tersedia secara online. AI kesulitan menjangkau istilah dalam bahasa lokal yang tidak baku, yang kadang memiliki arti yang berbeda-beda di setiap wilayah.
Dengan uraian diatas maka dapat dipahami bahwa penulisan sebuah naskah dapat dibantu dengan menggunakan tehnologi AI. Namun ada keterbatasan AI di dalam mengidentifikasikan peristilahan, tema maupun hal lain yangjarang atau tidak pernah termuat pada media online. Harus dipahami bahwa dalam hal penulisan naskah, AI adalah alat untuk mempermudah saja. Jika mengandalkan AI untuk sebuah penulisan naskah maka yang akan terjadi adalah isu-isu bersifat umum dan terbatas pada data teks yang termuat pada media online. Memang sulit membedakan naskah karya manusia dengan naskah karya AI. Begitupun ketika kita cek hasil karya tulisan dengan menggunkan alat pendeteksi plagiarieme hasilnya bisa saja sama dengan hasil karya manusia tanpa bantuan AI chatGPT misalnya. Kecerdasan AI tentu sudah dibuat untuk menjangkau penghindaran plagiarisme. Jika menggunkan AI rangkaian kata dan kalimat akan disusun bersifat unik dan tidak identik dengan karya yang pernah tayang di media online.  Dengan begitu maka dapat dikatakan bahwa AI lebih unggul di dalam menyampaikan data teks yang pernah tayang di media online dan lemah di dalam kreatifitas.  
AI adalah mesin yang memiliki keterbatasan tertentu, yaitu lebih mengandalkan data teks dan tanpa mengenal "perasaan" maka karya AI biasanya tanpa kalimat atau kata penghubung semacam basa basi sebagai pemanis tulisan. Bagi para penulis boleh saja menggunakan AI untuk membantu penulisan. Namun kreatifitas tetap tergantung kepada yang menggunakannya. AI dapat digunakan untuk mencari pengetahuan pendukung dalam penulisan naskah secara lebih cepat. Penggunaan AI untuk penulisan naskah menjadi sebuah karya yang utuh tentu tidak disarankan, kecuali bagi yang telah kehilangan kreatifitas. (mo)

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0